Mengenai Saya

Foto saya
salatiga, jawa tengah, Indonesia

Jumat, 11 November 2016

review artikel


STUDI KASUS BUSINESS RISK AND MARKET RISK
PT GUDANG GARAM, Tbk
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang Garam sempat menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh liputan6.com berikut ini
Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa ke Emiten
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir mempengaruhi laba-laba perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di bursa. Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su mengatakan, akibat dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten yang terkena dampak dari pelemahan rupiah tersebut. "Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek untuk pasar. Tapi emiten yang mempunyai utang berdasarkan mata uang dolar AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di Graha Cimb Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013). Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi laba bersih di setiap emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Adapun saham yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk (ISAT). Saham telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih, sedangkan pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga memberikan dampak pada keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih hingga 3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba bersih hingga sebesar 3,9%," tegasnya. Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang semakin tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang berpendapatan mata uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang Garam menjadi salah satu perusahaan yang mengalami penurunan laba bersihnya sebesar 0,9%  akibat melemahnya nilai rupiah.
Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan membutuhkan bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang berkualitas untuk produk mereka, sementara kualitas panen tembakau dan cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak menentu mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut. Sehingga perusahaan terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku mereka dari luar negeri agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat disebabkkan juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya  industri rokok  diberatkan dengan aturan pemerintah yaitu regulasi mengenai rokokPP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu pada  Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHOpada tahun 2003, salah satu aturannya yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara terus menerus dan juga kewajiban menampilkan gambar - gambar seram dari bahayanya rokok pada kemasan dan iklan rokok.
Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai 29 triliun, atau setara 67% dari total beban biaya pokok penjualan Gudang Garam. Dan jika dibandingkan dengan pendapatan penjualan, biaya pita cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan 54% hasil pendapatan penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan penjualan Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita cukai dan PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi biaya pita cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total pendapatan penjualan Gudang Garam. Bagaimana pun itu perusahaan harus tetap mengeluarkan dana untuk membayar besarnya biaya pita cukai sesuai aturan.
Serta kewajiban perusahaan menampilkan gambar-gambar dari bahaya dan dampak negatif rokok pada kemasan serta iklan produk secara tidak langsung akan mengurangi minat para konsumen untuk merokok, hal ini tentu saja akan menurunkan penjualan rokok, termasuk rokok Gudang Garam itu sendiri, dan dampak lainnya dari ketatnya aturan pemerintah dalam industri rokok adalah Gudang Garam harus mengurangi dan menghemat biaya perusahaan yang lainnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kebijakan penawaran pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
ANALISIS
1.      Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya? Alasannya untuk perusahaan bisa memperoleh dan menambah modal kerja serta biaya untuk operasional dengan lebih mudah dan cepat, apalagi sebagai perusahaan rokok membutuhkan biaya operasional yang tinggi karena banyak memperkerjakan tenaga kerja
2.      Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?
PT Gudang Garam melakukan kredit berupa pinjaman jangka pendek kepada sejumlah bank lokal dan asing, serta perusahaan mendapat pinjaman modal dari para  investor melalui penjualan saham perusahaan
3.      Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?
Untuk pembayaran kredit pinjaman jangka pendek kepada sejumlah bank perusahaan berusaha untuk melunasinya sebelum jatuh tempo, sementara untuk kepada investor pelunasannya dilakukan pembagian deviden kepada pemegang saham ketika perusahaan mendapatkan laba
4.       Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?
a.       Risiko Bisnis dan Risiko Pasar
Sesuai dengan pembahasan studi kasus, perusahaan ini yaitu PT Gudang Garam merasakan dampak dari penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat menurunnya laba bersih perusahaan yang akan berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham, serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk serta pendapatan perusahaan.
b.      Risiko Likuiditas
Karena perusahaan berhutang maka perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada sejumlah bank dan para investornnya.
c.       Risiko Operasional
Perusahaan membutuhkan bahan baku yang berkualitas untuk memproduksi produknya namun banyak kendala yang harus dihadapi karena kualitas panen bahan baku yang sering berubah yang tentu saja akan mengganggu proses produksi.

d.      Risiko Peraturan Pemerintah
Sebagai perusahaan yang memproduksi rokok yang mempunyai dampak negatif  pada kesehatan, tentu saja akan ada peraturan khusus dari pemerintah untuk mengawasi penjualan produk rokok tersebut, peraturan yang berupa pengetatan dalam iklan yang tentu akan mempengaruhi penjualan produk mau tidak mau harus dihadapi oleh perusahaan.
5.      Bagaimana cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa melakukan kredit atau berhutang?
Perusahaan dapat mengefisienkan pengeluaran dan memaksimalkan kinerja operasional serta penggunaan asset perusahaan yang ada agar dapat menyisihkan dana untuk melakukan promosi produk seperti menjadi sponsorship untuk acara-acara besar misalnya pertandingan olahraga bertaraf internasional, selain demi penaikan penjualan produk cara ini dilakukan agar tetap bisa berpromosi ditengah ketatnya peraturan iklan dan penjualan rokok oleh pemerintah.
Perusahaan juga dapat melakukan investasi dengan menanamkan modal dan membeli saham perusahaan lain agar mendapatkan sebagian deviden dari perusahaan tersebut untuk tambahan modal kerja.
6.      Kelemahan
Didalam artikel ini belum disebutkan secara rinci berapa penurunan laba bersih setiap bulannya atau belum dilampirkan laporan laba rugi pada perusahaan dan tingkat fluktuasi nilai rupiah juga belum dilampirkan sehingga kita belum bisa mengetahui dengan pasti apakah penyebab penurunan laba bersih ini yang paling dominan dipengaruhi oleh pelemahan rupiah.
Disini juga terlalu bertele-tele dalam menjelaskan inti pembahasan dari artikel tersebut, karena pembahasan diawal lebih menuju kepada dampak pelemahan rupiah yang mulai dirasakan oleh emiten, malah yang dibahas bukan dampak yang langsung  dirasakan oleh perusahaan karena sebenarnya yang banyak merasakan  imbasnya akibat pelemahan rupiah adalah perusahaan. Mengapa demikian? jika nilai rupiah melemah maka bahan-bahan baku yang di Import akan terasa semakin mahal, sehingga proses produksipun akan berkurang. Dan pendapatan perusahaan semakin menurun. Dan kemungkinan besar perusahaan terancam tidak bisa membayar hutang-hutang dolarnya kepada AS.

7.      Kelebihan
Cangkupan pembahasan didalam artikel ini cukup luas bukan hanya sekedar pengaruh lemahnya nilai rupiah terhadap penurunan laba bersih suatu perusahaan tetapi juga menyebutkan factor-faktor lain yang menyebabkan turunya tingkat laba bersih perusahaan dan tetapi juga menyebutkan adanya penurunan minat konsumen rokok yang disebabkan oleh beberapa aturan-aturan pemerintah. Sehingga bisa menambah pengetahuan para pembaca.
8.      Kesimpulan
Artikel ini tidak hanya membahas pelemahan nlai rupiah yang menyebabkan penurunan laba bersih dan dapmak penurunan nilai rupiah yang mulai dirasakan oleh para emiten tetapi juga menyebutkan dan menjelaskan factor-faktor lain yang menyebabkan tingkat permintaan suatu produk menurun sehingga laba bersih dan pendapatan juga menurun.
Didalam artikel ini juga disebutkan darimana saja perusahaan memperoleh modal yaitu dari : kredit berupa pinjaman jangka pendek kepada sejumlah bank lokal dan asing, serta perusahaan mendapat pinjaman modal dari para  investor melalui penjualan saham perusahaan.
Dan jika nilai rupiah melemah, kemungkinan perusahaan tidak sanggup membayar utangnya yang dari AS karena semakin lemah nilai rupiah maka hutangnya akan terasa semakin tinggi terhadap dolar AS.
Jika disimpulkan didalam artikel ini terdapat 4 risiko yang dirasakan oleh perusahaan, yaitu berupa :
a.       Risiko Bisnis dan Risiko Pasar
berakibat menurunnya laba bersih perusahaan yang akan berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham, serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk serta pendapatan perusahaan.
b.      Risiko Likuiditas
perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada sejumlah bank dan para investornnya.
c.       Risiko Operasional
Perusahaan membutuhkan bahan baku yang berkualitas untuk memproduksi produknya namun banyak kendala yang harus dihadapi karena kualitas panen bahan baku yang sering berubah yang tentu saja akan mengganggu proses produksi.
d.      Risiko Peraturan Pemerintah
Sebagai perusahaan yang memproduksi rokok yang mempunyai dampak negatif  pada kesehatan, tentu saja akan ada peraturan khusus dari pemerintah untuk mengawasi penjualan produk rokok tersebut, peraturan yang berupa pengetatan dalam iklan yang tentu akan mempengaruhi penjualan produk mau tidak mau harus dihadapi oleh perusahaan

Sumber Artikel :
http://www.gudanggaram.com/index.php?option=com_content&task=view&id=480&Itemid=238&lang=id, Diakses pada hari Selasa tanggal 25 Oktober 2016, pukul 14:50 WIB








Tidak ada komentar:

Posting Komentar